Jumat, 20 April 2012

Karena Dia Datang Tak Hanya Cukup Dengan Menunggu


Terinspirasi dari tulisan seorang teman dan hasil bertapa di kampung halaman. Banyak uneg-uneg yang muncul tentang rejeki, jodoh dan mati. Allah sudah menentukan 3 hal tersebut saat awal kita diciptakan. Tapi setelah ditentukan, apakah kita harus berdiam diri menunggu datangnya 3 hal tersebut?

Rejeki :

Secara otomatis kita manusia akan mengartikan rejeki yang dimaksud adalah harta dan hal-hal yang bersifat duniawi. Tapi sebenarnya rejeki juga bisa diartikan sebagai nikmat Allah sejak kita diciptakan. Dilahirkan, bernafas dan sehat merupakan rejeki. Dan masih banyak hal lain yang bisa diartikan sebagai rejeki. Tapi apa kita tau kapan kita akan mendapatkan rejeki itu?

Kita lanjut tentang rejeki duniawi. Sebagai manusia, kita tentu juga membutuhkan rejeki yang bersifat duniawi, terutama harta benda. Sama halnya dengan rejeki yang lain, kita juga tidak tau kapan rejeki itu datang. Apakah kita hanya menunggu saja?

Kita juga perlu untuk berusaha. Seberapa besar usaha kita menentukan besar kecilnya rejeki yang kita dapat. Kita umpamakan seorang pengemis, seorang pengemis saja masih ada usaha untuk memperoleh uang. Mulai dari usaha memelas, menadahkan tangan sampai berjalan dari rumah ke rumah.

Jadi REJEKI datang tidak hanya cukup dengan menunggu.
Jodoh :

Hal yang membuat banyak orang penasaran. Kita pasti bertanya-tanya siapakah pendamping hidup kita kelak. Tapi dari kata “jodoh” ini muncul banyak pertanyaan dan banyak sekali rahasia. Akan saya bahas pada tulisan berikutnya.

Kembali lagi, Allah juga sudah menentukan jodoh kita. Kita bisa saja duduk manis menunggu jodoh yang akan datang sendiri atas nama takdir. Tapi apa itu lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berusaha?  Dari taste-nya aja sudah sangat berbeda, tidak ada nilai perjuangannya.

Jadi JODOH datang tidak hanya cukup dengan menunggu.
Mati :

Satu hal rahasia yang membuat sebagain orang takut untuk mengadapinya. Yang terpenting adalah bekal yang kita punya sebelum menghadapinya. Kenapa mati dirahasiakn dari kita? Sederhana saja agar kita sebagai manusia tidak seenaknya sendiri menjalani hidup. Bayangkan kalau kita tau kapan kita mati. Saat masih jauh, “Ah masih lama, tobatnya ntar-ntar aja”. Lalu saat sudah dekat, “Lusa mati, mulai hari ini saya tobat”.

Jadi dengan dirahasiakannya hal ini, kita sebagai orang beriman akan berusaha menaci bekal sebelum menghadapi mati.

0 komentar :

Posting Komentar