Sabtu, 11 Juni 2011

Arti Sahabat



…Kau masih berdiri
Kita Masih di sini
Tunjukkan pada dunia
Arti sahabat

Engkau teman sejati
Kita teman sejati
Hadapilah dunia
Genggam tanganku…
Wo ho…
(Nidji:Arti sahabat)
Benarkah hanya sebatas itu makna seorang sahabat?. Sejenak marilah kita merenung. Pejamkan matamu coba rasakan sejenak cinta sahabatmu. Mengalir sejuk dihati, gelombang sayangnya begitu tulus tanpa tendensi apapun. Seorang sahabat begitu putih cintanya seputih buih yang merindukan gelombang. Begitulah cinta sahabat. Mestinya engkau tidak usah merasa malu untuk mengatakan cinta pada sahabatmu, karena itu adalah panggilan jiwamu.


Dan selanjutnya cobalah untuk terus menggali dan mencari. Pada siapa engkau curhat ketika sedang dilanda masalah?. Siapa yang menemanimu dikala semua orang meninggalkanmu dalam kesendirian?. Siapa yang selalu memberimu masukan disaat engkau bimbang menghadapi dilemma?. Siapa lagi kalo bukan sahabat. Ketika engkau memikul beban berat, pundak sahabat menjadi bias menjadi sandaran harapan. Saat engkau sedih, air matanya mengalir tulus membasahi bilik dukamu menyapu habis riak-riak air masalah dan kemudian menggantikannya dengan embun kesejukan.
Siapa sebenarnya sahabat itu?. Sahabat adalah pasangan jiwamu, yang dimiliki orang lain. Sahabat adalah kekasihmu dalam cinta sejati. Sahabat adalah oase dalam dahagamu menjalani hidup. Sahabat adalah orang yang Allah SWT karuniakan padamu untuk saling menyayangi, mengasihi, memberi berbagi, menasihati, dan menunjukkan jalan yang benar.

Sahabat Sejati                
Inget gak? Ketika awal-awal nabi berdakwah, beliau mencari sahabat sebanyak-banyaknya untuk mendukung misi dakwah Islam. Makanya sekarang kita mengenal istilah Sahabat Nabi yaitu orang-orang yang ada pada masa hidup Nabi dan dekat dengan Beliau. Rasulullah mengerti banget tanpa dukungan sahabat, Beliau pasti sangat berat menjalankan misi dakwah.
Berkat kerja keras dan doa, akhirnya Nabi mendapat sahabat pertamanya yaitu Abu Bakar As shidieq. Nabi juga pernah meminta pada Allah dua orang agar dijadikan sahabat perjuanganNya yaitu: Umar dan Abu Lahab. Namun akhirnya Umar bin Khatab lah yang mendapat hidayah masuk Islam dan menjadi sahabat Rasulullah.
Sampai saat ini kita belum pernah mendengar kisah setianya seorang sahabat, seperti sahabat-sahabat Nabi. Dalam goa Hira’ Abu Bakar rela menahan rasa sakit sengatan kalajengking karena tak tega membangunkan Nabi dalam pangkuannya. Abu Bakar kasihan pada Nabi yang kelelahan setelah melakukan perjalanan panjang. Sampai akhirnya Abu Bakar meneteskan air mata yang kemudian jatuh tepat di pipi suci Rasulullah dan Nabi pun tersadar.
Masih banyak kisah-kisah para sahabat Nabi yang memberi makna arti sebuah persahabatan. Sejatinya seorang sahabat kudu seperti Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali. Mereka setia pada Nabi dengan harta, jiwa, dan raga.
Mengagumkan Nabi bisa memiliki ratusan sahabat seperti itu, sedangkan kita satu pun tak punya. Kita banyak teman, tapi tak setulus Abu Bakar. “Kalo ada uang teman disayang tapi kalo lagi bokek teman ditendang” pernah gak seperti itu, punya teman tapi mintanya ditraktir mulu. Wah… apes tuh namanya.
Seandainya umar bin Khatab masih hidup pasti kita akan bertanya kepadanya tentang arti sahabat. Tapi sayang Umar sudah meninggalkan kita. Kini hanya tinggal kisah kenangan yang bisa menjadi guru buat kita, tinggal sepenggal cerita yang bisa menjadi inspirasi buat kita untuk memaknai arti persahabatan.

Jiwa Sahabat
Kahlil Gibran melalui syairnya mengungkapkan “Jangan ada tujuan lain dalam persahabatan kecuali memperkaya jiwa, sebab kasih yang mengandung pamrih diluar misterinya sendiri bukanlah kasih, namun jarring yang ditebarkan, hanya akan menangkap yang tidak diharapkan”.
Jiwa merupakan tempat bersemainya keikhlasan, ketulusan, dan cinta. Dari dalam jiwa yang ikhlas lahir cinta yang tulus sebagai dasar seorang sahabat bergaul dengan sahabatnya. Makanya coba rasakan, ketika seorang sahabat memberi pertolongan padamu, niat tulus dan tanpa pamrih sangat terasa sehingga membuat kita tenang.
Jagalah hati dan jiwa sahabatmu untuk tetap tulus dan ikhlas ketika berinteraksi denganmu. Rawat hatinya dengan menerima dia apa adanya, perkaya jiwanya dengan ketulusan dirimu menapaki kebenaran, menghormati dan menyayangi dia karena Allah SWT. Beningkan pikirannya dengan perkataan yang lembut, akhlak yang santun dan doamu yang khusyu’. Niscaya Allah mendengarnya.[Fiq]

0 komentar :

Posting Komentar